Teks Eksemplum
PengertianTeks eksmplum adalah jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi.Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tatapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Dengan kata lain, teks eksemplu berbentuk naratif berisi pengalaman/kejadian yang tidak diinginkan oleh tokoh dalam cerita.
Struktur
Abstrak → inti peristiwa sebagai pengantar yang menggambarkan peristiwa yang akan diceritakan.
Orientasi → bagian pembuka cerita atau awalan cerita.
Insiden → peristiwa yang tidak diinginkan.
Interpretasi → makna atau pesan dari peristiwa yang tidak diinginkan.
Koda → bagian penutup cerita.
Karakteristik
Berisi peristiwa yang tidak sering terjadi
Peristiwa merupakan hal yang tidak diinginkan
Menimbulkan penyesalan bagi partisipan
Menghadirkan diri penulis dalam interpretasi dan koda
Mengandung nilai – nilai yang disarankan oleh peristiwa
Fitur bahasa Exemplum adalah sebagai berikut :
Menggunakan bahasa naratif
Menunjukkan urutan peristiwa yang jelas
Menghadirkan diri penulis (kita, aku) yang ada dalam interpretasi dan koda
Ini biasanya menggunakan proses material dan tindakan untuk mengeksplorasi insiden .
Menggunakan proses relasional untuk mengeksplorasi penilaian .
Ciri Teks Eksemplum
- Bernuansa naratif
- Teks eksemplum bernuansa naratif namun bukan naratif murni
- Isi teks umumnya bercerita mengenai pengalaman pribadi
- Dalam tek eksemplum cerita yang diceritakan umumnya berupa pengalaman pribadi yang dirasakan atau dialami oleh tokoh
- Isi teks bercerita tentang suatu insiden
- Isi teks eksemplum berupa insiden yang tak tak diharapkan atau diinginkan oleh tokoh
- Terdapat perubahan perilaku tokoh untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
- Di bagian akhir teks eksemplum menggambarkan perilaku tokoh menyesali kejadian yang telah terjadi. Tampak perubahan sikap tokoh untuk lebih hati-hati dalam melakukan sesuatu. Teks eksemplum berakhir dengan pesan moral dari kejadian yang dialami tokoh utama.
Berikut ini beberapa Contoh Teks Eksemplum :
Contoh 1 : Operasi Zebra
Kejadian yang membuat saya sadar akan pentingnya menaati peraturan negara ini terjadi ketika saya sudah semester II. Biasanya, hampir setiap minggu saya pulang ke rumah pada Jumat sore dan akan kembali ke Semarang pada Minggu sore. Suatu ketika, saya dan kakak saya memutuskan untuk kembali ke Semarang pada Senin pagi supaya waktu lebih lama di rumah. Kami berangkat pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan sepeda motor.
Ketika akan berangkat, kakak menyuruh saya untuk di depan karena dia mengantuk. Saya-pun menuruti permintaannya meskipun pada saat itu saya belum mempunyai SIM. Kakak saya berpesan, “jika nanti ada operasi zebra, kamu berhenti saja. Jangan panik”. Satu jam menempuh perjalanan rasanya aman-aman saja, tidak ada operasi apapun. Kemudian kami sampai di perbatasan Kebumen-Purworejo, tidak ada operasi juga di sana.
Saya pun dengan percaya diri membawa motor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di Kecamatan Kutoarjo, tiba-tiba dari jarak 500 meter, saya melihat banyak orang dengan rompi berwarna hijau menyala. Sontak saya langsung membanting setang ke kiri. Namun celakanya, di depan saya ada sebuah selokan kecil. Saya pun kembali membanting setang ke kiri, akan tetapi setang tak dapat dibelokkan karena tertahan oleh tas yang saya gendong di depan. Motor saya terjatuh dan kami terpelanting.
Kami mengalami luka-luka dan dibawa ke salah satu rumah warga. Ketika ada seorang polisi yang akan mendekati kami, kakak saya berpesan, “ketika nanti ditanya polisi, siapa yang mengemudi, bilang saja kakak. Kakak tadi jatuh karena mengantuk”. Saya hanya mengangguk mendengar permintaan kakak saya. Benar saja, polisi tersebut menanyakan hal serupa dan meminta kakak saya untuk memperlihatkan SIM beserta STNK-nya.
Sepeninggal polisi tersebut, si pemilik rumah keluar dan mengobati luka kami. Beruntung polisi tidak mencurigai kalau saya yang megendarai sepeda motor tersebut. Tuhan masih memberikan kami keselamatan walaupun kami mengalami banyak luka. Dari kejadian tersebut, saya menjadi mengerti akan pentingnya menaati peraturan negara termasuk peraturan berlalu lintas dan membuat saya untuk lebih berhati-hati dalam berkendara.
Contoh 2 : Kejadian di Parkiran
Kejadian yang membuat saya sadar akan pentingnya menaati peraturan negara ini terjadi ketika saya sudah semester II. Biasanya, hampir setiap minggu saya pulang ke rumah pada Jumat sore dan akan kembali ke Semarang pada Minggu sore. Suatu ketika, saya dan kakak saya memutuskan untuk kembali ke Semarang pada Senin pagi supaya waktu lebih lama di rumah. Kami berangkat pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan sepeda motor.
Ketika akan berangkat, kakak menyuruh saya untuk di depan karena dia mengantuk. Saya-pun menuruti permintaannya meskipun pada saat itu saya belum mempunyai SIM. Kakak saya berpesan, “jika nanti ada operasi zebra, kamu berhenti saja. Jangan panik”. Satu jam menempuh perjalanan rasanya aman-aman saja, tidak ada operasi apapun. Kemudian kami sampai di perbatasan Kebumen-Purworejo, tidak ada operasi juga di sana.
Saya pun dengan percaya diri membawa motor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di Kecamatan Kutoarjo, tiba-tiba dari jarak 500 meter, saya melihat banyak orang dengan rompi berwarna hijau menyala. Sontak saya langsung membanting setang ke kiri. Namun celakanya, di depan saya ada sebuah selokan kecil. Saya pun kembali membanting setang ke kiri, akan tetapi setang tak dapat dibelokkan karena tertahan oleh tas yang saya gendong di depan. Motor saya terjatuh dan kami terpelanting.
Kami mengalami luka-luka dan dibawa ke salah satu rumah warga. Ketika ada seorang polisi yang akan mendekati kami, kakak saya berpesan, “ketika nanti ditanya polisi, siapa yang mengemudi, bilang saja kakak. Kakak tadi jatuh karena mengantuk”. Saya hanya mengangguk mendengar permintaan kakak saya. Benar saja, polisi tersebut menanyakan hal serupa dan meminta kakak saya untuk memperlihatkan SIM beserta STNK-nya.
Sepeninggal polisi tersebut, si pemilik rumah keluar dan mengobati luka kami. Beruntung polisi tidak mencurigai kalau saya yang megendarai sepeda motor tersebut. Tuhan masih memberikan kami keselamatan walaupun kami mengalami banyak luka. Dari kejadian tersebut, saya menjadi mengerti akan pentingnya menaati peraturan negara termasuk peraturan berlalu lintas dan membuat saya untuk lebih berhati-hati dalam berkendara.
Contoh 2 : Kejadian di Parkiran
Pengalaman yang tak terlupakan semasa hidupku.
Bulan lalu, aku baru saja meraih prestasi Pelukis Terindah Sepanjang Masa dalam ajang SHMILY Awards 2015. Setelah meraih prestasi tersebut, banyak mahasiswa yang memujiku baik secara langsung maupun melalui media social. Selain itu, keluargaku juga memberi penghargaan untukku, seperti ayahku yang memberikanku mobil sport dengan art design yang mewah yaitu Lamborghini Aventador Lp700-4 yang harganya 11.000.000.000. Ayahku sangat bangga dengan prestasi yang kuraih, itu alasan kenapa ia memberiku penghargaan semahal itu.
Seminggu setelah hari bahagia tersebut, aku berencana untuk mengajak seluruh anggota keluargaku untuk makan malam bersama di salah satu Restaurant berbintang di Jakarta. Setelah membicarakan rencana tersebut, akhirnya merekapun tidak menolak rencanaku. Malahan mereka sangat senang, karena sekalian merayakan prestasi yang baru saja aku raih.
Kami memutuskan untuk makan malam bersama pada hari ke-13 setelah ajang SHMILY Awards 2015 tersebut. Kami menuju Restaurant bersama-sama. Sesampainya kami disana, kamupun langsung memesan makanan yang akan kami makan lalu membayarnya. Selama makan malam berlangsung, penuh canda dan tawa. Dengan asiknya kami makan sambil mengobrol, sampai aku lupa bahwa tepat pada pukul 20.00 WIB aku harus datang di acara Konferensi Pers yang diadakan di Mall of Indonesia untuk mempromosikan Restaurant baruku yang akan segera di buka pada Ahad minggu depan yang bernama “Coffe and Art Design”.
Mengingat hal tersebut, akupun langsung menyelesaikan makananku lalu berpamitan dan meminta maaf karena harus pulang terlebih dahulu. Akhirnya, setelah berpamitan aku langsung ke arah parkiran mobilku. Tiba-tiba saat aku hendak masuk ke dalam mobilku, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menarik tanganku dan mendekap mulutku. Lalu laki-laki tersebut mengatakan “Berikan uang atau kau mati!”. Mendengar perkataan tersebut, tanpa berpikir panjang, akupun langsung mengeluarkan semua uang yang ada di dompetku lalu ku berikan kepada lelaki tersebut. Setelah laki-laki tersebut menerima uang, diapun langsung melepaskan dekapan mulutku dan menjatuhkan aku di samping mobilku. Laki-laki itu langsung berlari ke arah pagar. Melihat laki-laki tersebut loncat dari pagar, akupun langsung masuk ke dalam mobilku lalu mengunci pintu. Di dalam mobil aku berusaha menenangkan diriku yang sesak dan takut karena kejadian yang baru saja terjadi.
Aku bersyukur kepada Allah yang masih menyelamatkanku dari kelakuan jahat laki-laki tersebut. Meskipun aku harus kehilangan semua uangku namun aku bersyukur karena tidak kehilangan aset berharga lainnya yang ada di tasku seperti kuas emas dari Paris dan Pencil Mecanic pemberian nenekku di New York.
Dari kejadian tersebut mengingatkan kita akan pentingnya mengatur waktu dan berhati-hati dalam segala hal serta dimanapun, apalagi jika malam bertambah gelap dan suasana semakin sepi.
Nah itu dia mengenai tentang Teks Eksemplum, tak terlalu sulit bukan untuk membuatnya. Asal kalian tahu dulu apa itu Teks Eksemplum itu jadi kalian bisa membuat Teks Eksemplum menurut kalian sendiri.
Pengalaman yang tak terlupakan semasa hidupku.
Bulan lalu, aku baru saja meraih prestasi Pelukis Terindah Sepanjang Masa dalam ajang SHMILY Awards 2015. Setelah meraih prestasi tersebut, banyak mahasiswa yang memujiku baik secara langsung maupun melalui media social. Selain itu, keluargaku juga memberi penghargaan untukku, seperti ayahku yang memberikanku mobil sport dengan art design yang mewah yaitu Lamborghini Aventador Lp700-4 yang harganya 11.000.000.000. Ayahku sangat bangga dengan prestasi yang kuraih, itu alasan kenapa ia memberiku penghargaan semahal itu.
Seminggu setelah hari bahagia tersebut, aku berencana untuk mengajak seluruh anggota keluargaku untuk makan malam bersama di salah satu Restaurant berbintang di Jakarta. Setelah membicarakan rencana tersebut, akhirnya merekapun tidak menolak rencanaku. Malahan mereka sangat senang, karena sekalian merayakan prestasi yang baru saja aku raih.
Kami memutuskan untuk makan malam bersama pada hari ke-13 setelah ajang SHMILY Awards 2015 tersebut. Kami menuju Restaurant bersama-sama. Sesampainya kami disana, kamupun langsung memesan makanan yang akan kami makan lalu membayarnya. Selama makan malam berlangsung, penuh canda dan tawa. Dengan asiknya kami makan sambil mengobrol, sampai aku lupa bahwa tepat pada pukul 20.00 WIB aku harus datang di acara Konferensi Pers yang diadakan di Mall of Indonesia untuk mempromosikan Restaurant baruku yang akan segera di buka pada Ahad minggu depan yang bernama “Coffe and Art Design”.
Mengingat hal tersebut, akupun langsung menyelesaikan makananku lalu berpamitan dan meminta maaf karena harus pulang terlebih dahulu. Akhirnya, setelah berpamitan aku langsung ke arah parkiran mobilku. Tiba-tiba saat aku hendak masuk ke dalam mobilku, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menarik tanganku dan mendekap mulutku. Lalu laki-laki tersebut mengatakan “Berikan uang atau kau mati!”. Mendengar perkataan tersebut, tanpa berpikir panjang, akupun langsung mengeluarkan semua uang yang ada di dompetku lalu ku berikan kepada lelaki tersebut. Setelah laki-laki tersebut menerima uang, diapun langsung melepaskan dekapan mulutku dan menjatuhkan aku di samping mobilku. Laki-laki itu langsung berlari ke arah pagar. Melihat laki-laki tersebut loncat dari pagar, akupun langsung masuk ke dalam mobilku lalu mengunci pintu. Di dalam mobil aku berusaha menenangkan diriku yang sesak dan takut karena kejadian yang baru saja terjadi.
Aku bersyukur kepada Allah yang masih menyelamatkanku dari kelakuan jahat laki-laki tersebut. Meskipun aku harus kehilangan semua uangku namun aku bersyukur karena tidak kehilangan aset berharga lainnya yang ada di tasku seperti kuas emas dari Paris dan Pencil Mecanic pemberian nenekku di New York.
Dari kejadian tersebut mengingatkan kita akan pentingnya mengatur waktu dan berhati-hati dalam segala hal serta dimanapun, apalagi jika malam bertambah gelap dan suasana semakin sepi.
Nah itu dia mengenai tentang Teks Eksemplum, tak terlalu sulit bukan untuk membuatnya. Asal kalian tahu dulu apa itu Teks Eksemplum itu jadi kalian bisa membuat Teks Eksemplum menurut kalian sendiri.
Tamu Tidak Dikenal
Sikap ramah terhadap orang lain ternyata tidak selalu memeroleh balasan yang setimpal. Adakalanya keramahan sikap kita justru berdampak negatif yang dapat merugikan diri sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, seperti biasanya, setiap sore aku duduk di teras sambil membaca majalah. Saat itu, aya dan ibuku menghadiri undangan pernikahan salah seorang sahabatnya. Hanya aku dan Bi Surti yang ada di rumah.
Sekitar pukul 16.00 WIB, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah. Aku bergegas berdiri dan menyambut dua orang yang tidak kukenal keluar dari mobil. Lalu, aku menanyakan maksud kedatangan kedua tamu itu. Dengan sikap sopan dan ramah, salah seorang di antara mereka mengatakan hendak bertemu dengan Ayah berkaitan dengan pekerjaan kantor. Tanpa rasa curiga, aku mempersilahkan mereka masuk untuk menunggu kepulangan Ayah. Aku segera meminta Bi Surti untuk menyiapkan minuman.
karena belum saling mengenal, tidak banyak yang bisa kami obrolkan. Tiba-tiba saja, salah seorang di antara mereka yang sejak tadi terdiam bergerak cepat menarik kerah bajuku dengan kasar. Sementara itu, yang seorang lagi mengunci pintu depan dari dalam. Ia kemudian bergegas mencari Bi Surti dan membungkam mulutnya dengan lakban. Lelaki yang menarik kerah baju memaksaku untuk menunjukkan kamar pribadi Ayah. Dengan tubuh gemetar, aku mengikuti saja perintah tamu tidak dikenal itu. Dalam waktu singkat, tamu yang tidak diundang yang ternyata perampok itu menguras habis uang dan perhiasan yang tersimpan di kamar. Aku pun tidak sanggup berbuat apa-apa.
Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan dari luar berulang-ulang. Itu suara Ayah, pikirku. Lalu, terdengar suara pintu depan di dobrak diikuti suara-suara gaduh. Kedua perampok itu agak panik, tetapi belum juga melepaskan kerah bajuku. Terdengar suara langkah banyak orang menuju ke kamar Ayah. Kedua perampok itu semakin panik ketika beberapa orang berhasil menerobos kamar Ayah dengan cepat menghajar para perampok itu dengan tidak dapat berkutik. Mereka berhasil diringkus berkat kesigapan Ayah dan para tetangga.
Aku bersyukur, hal buruk yang sempat saya bayangkan tidak terjadi. Kini, aku sadar bahwa menerima tamu tidak dikenal tidak seharusnya di persilakan masuk ke ruang tamu. Sebaiknya, diminta untuk menunggu di teras atau di luar. Hal ini penting diperhatikan untuk menjaga berbagai kemungkinan buruk seperti yang sempat menimpaku.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa kita harus bersikap hati-hati dalam menerima tamu tidak dikenal meskipun bersikap sopan dan ramah. Manis di luar, bisa jadi pahit di dalam. Waspada terhadap orang-orang yang tidak dikenal merupakan sikap terbaik untuk menjaga berbagai kemungkinan buruk yang bakal terjadi.
Sikap ramah terhadap orang lain ternyata tidak selalu memeroleh balasan yang setimpal. Adakalanya keramahan sikap kita justru berdampak negatif yang dapat merugikan diri sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, seperti biasanya, setiap sore aku duduk di teras sambil membaca majalah. Saat itu, aya dan ibuku menghadiri undangan pernikahan salah seorang sahabatnya. Hanya aku dan Bi Surti yang ada di rumah.
Sekitar pukul 16.00 WIB, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah. Aku bergegas berdiri dan menyambut dua orang yang tidak kukenal keluar dari mobil. Lalu, aku menanyakan maksud kedatangan kedua tamu itu. Dengan sikap sopan dan ramah, salah seorang di antara mereka mengatakan hendak bertemu dengan Ayah berkaitan dengan pekerjaan kantor. Tanpa rasa curiga, aku mempersilahkan mereka masuk untuk menunggu kepulangan Ayah. Aku segera meminta Bi Surti untuk menyiapkan minuman.
karena belum saling mengenal, tidak banyak yang bisa kami obrolkan. Tiba-tiba saja, salah seorang di antara mereka yang sejak tadi terdiam bergerak cepat menarik kerah bajuku dengan kasar. Sementara itu, yang seorang lagi mengunci pintu depan dari dalam. Ia kemudian bergegas mencari Bi Surti dan membungkam mulutnya dengan lakban. Lelaki yang menarik kerah baju memaksaku untuk menunjukkan kamar pribadi Ayah. Dengan tubuh gemetar, aku mengikuti saja perintah tamu tidak dikenal itu. Dalam waktu singkat, tamu yang tidak diundang yang ternyata perampok itu menguras habis uang dan perhiasan yang tersimpan di kamar. Aku pun tidak sanggup berbuat apa-apa.
Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan dari luar berulang-ulang. Itu suara Ayah, pikirku. Lalu, terdengar suara pintu depan di dobrak diikuti suara-suara gaduh. Kedua perampok itu agak panik, tetapi belum juga melepaskan kerah bajuku. Terdengar suara langkah banyak orang menuju ke kamar Ayah. Kedua perampok itu semakin panik ketika beberapa orang berhasil menerobos kamar Ayah dengan cepat menghajar para perampok itu dengan tidak dapat berkutik. Mereka berhasil diringkus berkat kesigapan Ayah dan para tetangga.
Aku bersyukur, hal buruk yang sempat saya bayangkan tidak terjadi. Kini, aku sadar bahwa menerima tamu tidak dikenal tidak seharusnya di persilakan masuk ke ruang tamu. Sebaiknya, diminta untuk menunggu di teras atau di luar. Hal ini penting diperhatikan untuk menjaga berbagai kemungkinan buruk seperti yang sempat menimpaku.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa kita harus bersikap hati-hati dalam menerima tamu tidak dikenal meskipun bersikap sopan dan ramah. Manis di luar, bisa jadi pahit di dalam. Waspada terhadap orang-orang yang tidak dikenal merupakan sikap terbaik untuk menjaga berbagai kemungkinan buruk yang bakal terjadi.
Hati-Hati Menjaga Lubang Telinga
Berhati-hatilah dalam menjaga lubang telinga. Sikap lalai dapat berakibat fatal. Jangan sampai peristiwa pahit yang pernah aku alami kembali menimpa orang lain.
Pengalaman menyedihkan ini terjadi usai magrib pascapanen padi sebulan yang lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, usai masa panen padim serangga malam berukuran kecil "berpesta" di sekitar lampu menjelang magrib tiba. Jumlahnya mencapai ratusan. Karena aku menganggap sebagai suatu yang biasa terjadi setiap kali masa panen usai, aku tidak pernah menghiraukan "pesta" serangga-serangga malam itu. Aku memang bukan anak petani. Meskipun demikian, aku selalu "panen" serangga malam setiap magrib tiba. Maklum, rumahku berada di sebuah kompleks perumahan yang dikelilingi areal sawah.
Namun, peristiwa yang tidak terduga menimpaku. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba ada seekor serangga yang masuk ke lubang telingaku. Dengan gerak cepat, aku segera memasukkan salah satu jariku untuk mengusirnya. Namun, celaka! Serangga itu bukannya berhasil kuusir, melainkan semakin dalam menerobos lubang telingaku. Selain menimbulkan suara gaduh, juga rasa nyeri dan sakit di dalam lubang kepekaan telingaku. Aku kelabakan sambil berteriak-teriak.
Karena tidak sanggup menahan rasa nyeri dan sakit, aku bergegas menuju ke kamar mandi. Sambil memiringkan kepala, aku segera memasukkan beberapa tetes air ke lubang telinga yang terserang serangga. Namun, hal itu tidak juga mengurangi rasa sakit. Ayah, ibu, dan kakakku yang terkejut mendengar teriakanku bergegas menghampiriku di kamar mandi. Dengan terbata-bata, aku menceritakan kejadian itu kepada mereka. Ayah, ibu, dan kakakku segera membawaku ke rumah praktik seorang dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).
Syukurlah, dengan langkah cekatan, dokter THT tersebut berhasil mengeluarkan serangga itu dari lubang telinga. Plong! Aku tersenyum. Meskipun rasa nyeri dan sakit belum sepenuhnya sirna, gangguan suara "gaduh" itu tidak lagi mengusik kepekaan telingaku. Kini, aku sadar bahwa kita harus tetap bersikap berhati-hati dan waspada terhadap serangan kerumunan serangga selepas magrib.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa kita tidak boleh lalai menjaga telinga dari kemungkinan serangan kerumunan serangga menjelang senja dan malam hari. Sikap hati-hati dan waspada tetap penting dijaga agar terhindar musibah.
Berhati-hatilah dalam menjaga lubang telinga. Sikap lalai dapat berakibat fatal. Jangan sampai peristiwa pahit yang pernah aku alami kembali menimpa orang lain.
Pengalaman menyedihkan ini terjadi usai magrib pascapanen padi sebulan yang lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, usai masa panen padim serangga malam berukuran kecil "berpesta" di sekitar lampu menjelang magrib tiba. Jumlahnya mencapai ratusan. Karena aku menganggap sebagai suatu yang biasa terjadi setiap kali masa panen usai, aku tidak pernah menghiraukan "pesta" serangga-serangga malam itu. Aku memang bukan anak petani. Meskipun demikian, aku selalu "panen" serangga malam setiap magrib tiba. Maklum, rumahku berada di sebuah kompleks perumahan yang dikelilingi areal sawah.
Namun, peristiwa yang tidak terduga menimpaku. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba ada seekor serangga yang masuk ke lubang telingaku. Dengan gerak cepat, aku segera memasukkan salah satu jariku untuk mengusirnya. Namun, celaka! Serangga itu bukannya berhasil kuusir, melainkan semakin dalam menerobos lubang telingaku. Selain menimbulkan suara gaduh, juga rasa nyeri dan sakit di dalam lubang kepekaan telingaku. Aku kelabakan sambil berteriak-teriak.
Karena tidak sanggup menahan rasa nyeri dan sakit, aku bergegas menuju ke kamar mandi. Sambil memiringkan kepala, aku segera memasukkan beberapa tetes air ke lubang telinga yang terserang serangga. Namun, hal itu tidak juga mengurangi rasa sakit. Ayah, ibu, dan kakakku yang terkejut mendengar teriakanku bergegas menghampiriku di kamar mandi. Dengan terbata-bata, aku menceritakan kejadian itu kepada mereka. Ayah, ibu, dan kakakku segera membawaku ke rumah praktik seorang dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).
Syukurlah, dengan langkah cekatan, dokter THT tersebut berhasil mengeluarkan serangga itu dari lubang telinga. Plong! Aku tersenyum. Meskipun rasa nyeri dan sakit belum sepenuhnya sirna, gangguan suara "gaduh" itu tidak lagi mengusik kepekaan telingaku. Kini, aku sadar bahwa kita harus tetap bersikap berhati-hati dan waspada terhadap serangan kerumunan serangga selepas magrib.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa kita tidak boleh lalai menjaga telinga dari kemungkinan serangan kerumunan serangga menjelang senja dan malam hari. Sikap hati-hati dan waspada tetap penting dijaga agar terhindar musibah.
Gara-Gara Facebook
Berhati-hatilah menjalin pertemuan di Facebook. Jangan terburu-buru menyetujui permintaan pertemanan dari seorang yang belum jelas jati dirinya. Aku memunyai sebuah pengalaman buruk karena sedang "demam" Facebook, aku selalu menyetujui permintaan pertemanan semua orang. Semula aku memang senang-senang saja. Siapa yang tidak suka memiliki banyak teman di dunia maya, terlebih lagi bagi seorang perempuan seperti aku? Namun, selang beberapa hari kemudian, sebuah musibah yang tidak terduga menimpaku. Salah seorang teman Facebook yang selama ini terkesan sangat peduli, ramah, dan bersahabat, justru berbalik 180 derajat, Dia tidak lebih dari seorang penipu.
Kejadian itu berawal ketika kami sering chatting di Facebook. Karena dia terkesan sebagai teman perempuan yang baik, aku dengan senang hati memberinya nomor telepon genggamku saat dia memintanya. Dia pun segera memberikan nomor kontak pribadinya untukm kemungkinan aku simpan. Setelah saling bertukar nomor kontak pribadi, kegiatan chatting di Facebook perlahan-lahan menyurut. Kami lebih banyak berkomunikasi melalui layanan pesan pendek (SMS).
Suatu ketika, teman Facebook-ku itu mengajak untuk bertemudi sebuah mal di kotaku. Tentu saja aku setuju karena aku memang sudah lama ingin bertemu sacara langsung dengannya. Karena baru pertama kali hendak bertemu, aku sampaikan lewat SMS tentang warna baju yang aku pakai. Temanku juga menyampaikan hal yang sama. Namun, begitu sampai di mal, aku seperti tersambar petir. Teman Facebook yang selama ini aku kira seorang perempuan, ternyata seorang laki-laki berumur 25 tahun-an. Jantungku berdetak keras. Dia tersenyum sambil mendekatiku. Aku hany bisa tertunduk dengan mata berkunang-kunang. Dia membuatku makin takut karena menarik lenganku dan mengajakku pergi ke suatu tempat. Tentu saja aku menolak. Namun, dia terus berusaha memaksaku. Tarikan tangannya semakin kuat dan keras. Spontan aku berteriak. Teriakaku membuat orang-orang yang lalu-lalang di sekitar mal menjadi terkejut. Kulihat mereka mendekati kami. Teman Facebook yang memunyai gelagat tidak baik itu mengendurkan tarikan tangannya. Aku pun terbebas dan segera berlari menuju tempat parkir sepedaku dengan gemetar.
Aku bersyukur kepada Tuhan karena bisa terbebas dari cengkeraman lelaki jahat itu. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya pertemuan itu berlangsung di tempat yang sepi. Uh, pasti aku sudah menjadi korban lelaki itu. Ternyata Facebook bisa dimanfaatkan orang-orang yang memunyai maksud tidak baik. Kini, aku harus lebih berhati-hati dalam melayani permintaan pertemanan di jejaring sosial.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam menjalin pertemanan di Facebook. Tidak perlu dilayani seandainya ada teman Facebook yang mau bertemu apabila kita tidak benar-benar mengenalnya. Dunia maya memang seperti "pisau bermata dua" yang bisa melukai diri sendiri dan orang lain apabila kita tidak bijak dalam memanfaatkannya. Oleh karena itu, gunakanlah internet untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi kita,
Berhati-hatilah menjalin pertemuan di Facebook. Jangan terburu-buru menyetujui permintaan pertemanan dari seorang yang belum jelas jati dirinya. Aku memunyai sebuah pengalaman buruk karena sedang "demam" Facebook, aku selalu menyetujui permintaan pertemanan semua orang. Semula aku memang senang-senang saja. Siapa yang tidak suka memiliki banyak teman di dunia maya, terlebih lagi bagi seorang perempuan seperti aku? Namun, selang beberapa hari kemudian, sebuah musibah yang tidak terduga menimpaku. Salah seorang teman Facebook yang selama ini terkesan sangat peduli, ramah, dan bersahabat, justru berbalik 180 derajat, Dia tidak lebih dari seorang penipu.
Kejadian itu berawal ketika kami sering chatting di Facebook. Karena dia terkesan sebagai teman perempuan yang baik, aku dengan senang hati memberinya nomor telepon genggamku saat dia memintanya. Dia pun segera memberikan nomor kontak pribadinya untukm kemungkinan aku simpan. Setelah saling bertukar nomor kontak pribadi, kegiatan chatting di Facebook perlahan-lahan menyurut. Kami lebih banyak berkomunikasi melalui layanan pesan pendek (SMS).
Suatu ketika, teman Facebook-ku itu mengajak untuk bertemudi sebuah mal di kotaku. Tentu saja aku setuju karena aku memang sudah lama ingin bertemu sacara langsung dengannya. Karena baru pertama kali hendak bertemu, aku sampaikan lewat SMS tentang warna baju yang aku pakai. Temanku juga menyampaikan hal yang sama. Namun, begitu sampai di mal, aku seperti tersambar petir. Teman Facebook yang selama ini aku kira seorang perempuan, ternyata seorang laki-laki berumur 25 tahun-an. Jantungku berdetak keras. Dia tersenyum sambil mendekatiku. Aku hany bisa tertunduk dengan mata berkunang-kunang. Dia membuatku makin takut karena menarik lenganku dan mengajakku pergi ke suatu tempat. Tentu saja aku menolak. Namun, dia terus berusaha memaksaku. Tarikan tangannya semakin kuat dan keras. Spontan aku berteriak. Teriakaku membuat orang-orang yang lalu-lalang di sekitar mal menjadi terkejut. Kulihat mereka mendekati kami. Teman Facebook yang memunyai gelagat tidak baik itu mengendurkan tarikan tangannya. Aku pun terbebas dan segera berlari menuju tempat parkir sepedaku dengan gemetar.
Aku bersyukur kepada Tuhan karena bisa terbebas dari cengkeraman lelaki jahat itu. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya pertemuan itu berlangsung di tempat yang sepi. Uh, pasti aku sudah menjadi korban lelaki itu. Ternyata Facebook bisa dimanfaatkan orang-orang yang memunyai maksud tidak baik. Kini, aku harus lebih berhati-hati dalam melayani permintaan pertemanan di jejaring sosial.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam menjalin pertemanan di Facebook. Tidak perlu dilayani seandainya ada teman Facebook yang mau bertemu apabila kita tidak benar-benar mengenalnya. Dunia maya memang seperti "pisau bermata dua" yang bisa melukai diri sendiri dan orang lain apabila kita tidak bijak dalam memanfaatkannya. Oleh karena itu, gunakanlah internet untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi kita,
Gara-Gara Mengumpat dengan Kata-Kata Kasar
Di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempat aku tinggal, aku dan teman-teman sepermainanku sudah terbiasa mengumpat dengan kata-kata kasar. Jika ada kejadian yang kurang menyenangkan, umpatan-umpatan kasar meluncur secara spontan dari mulutku. Gara-gara kebiasaan buruk yang tertanam sejak kecil, aku terkena getahnya.
Peristiwa itu terjadi ketika aku dan beberapa teman sekelas sedang makan bakso di kantin sekolah pada jam istirahat I. Seperti biasanya, aku dan teman-teman bercanda tentang banyak hal setiap jajan di kantin sekolah. Saat itu, aku menjadi bahan ledekan teman-teman karena baru saja mendapat hukuman dari guru Bahasa Indonesia karena tidak mengerjakan PR. Secara spontan, aku mengumpat dengan kata-kata kasar. Aku sendiri tidak tahu, umpatan kasar itu kutujukan kepada teman-teman yang meledekku atau kepada guru Bahasa Indonesia yang telah menghukumku. Umpatan kasar itu meluncur begitu saja dari mulutku.
Tanpa kuduga, seorang guru BK melintas di dekat kami bercanda. Aku terkejut karena tiba-tiba aku mendapat teguran keras dan diminta untuk segera menuju ke ruang BK. Hatiku berdebar-debar. Namun, aku belum tahu apa kesalahanku hingga mendapat teguran keras dan diminta ke ruang BK. Setelah mendapat ceramah dan nasihat dari Bu Guru BK tersebut, aku baru sadar bahwa kesalahanku adalah mengumpat dengan kata-kata kasar. Aku tercenung. Hem... ternyata kebiasaan mengumpat dengan kata-kata kasar termasuk perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai etika dan kesantunan.
Aku bersyukur karena telah mendapat teguran dan nasihat dari Bu Guru BK yang bijaksana. Mulai saat ini, aku berjanji untuk berusaha menghilangkan kebiasaan buruk itu. Entah apa jadinya jika kebiasaan itu berlanjut hingga aku dewasa. Terima kasih, Bu Guru.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita harus berusaha untuk menjaga mulut kita dari kata-kata kotor. "Mulutmu adalah harimaumu," begitulah ungkapan yang sering kita dengar. Kata-kata bisa "membunuh" jati diri dan kepribadian kita,
Di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempat aku tinggal, aku dan teman-teman sepermainanku sudah terbiasa mengumpat dengan kata-kata kasar. Jika ada kejadian yang kurang menyenangkan, umpatan-umpatan kasar meluncur secara spontan dari mulutku. Gara-gara kebiasaan buruk yang tertanam sejak kecil, aku terkena getahnya.
Peristiwa itu terjadi ketika aku dan beberapa teman sekelas sedang makan bakso di kantin sekolah pada jam istirahat I. Seperti biasanya, aku dan teman-teman bercanda tentang banyak hal setiap jajan di kantin sekolah. Saat itu, aku menjadi bahan ledekan teman-teman karena baru saja mendapat hukuman dari guru Bahasa Indonesia karena tidak mengerjakan PR. Secara spontan, aku mengumpat dengan kata-kata kasar. Aku sendiri tidak tahu, umpatan kasar itu kutujukan kepada teman-teman yang meledekku atau kepada guru Bahasa Indonesia yang telah menghukumku. Umpatan kasar itu meluncur begitu saja dari mulutku.
Tanpa kuduga, seorang guru BK melintas di dekat kami bercanda. Aku terkejut karena tiba-tiba aku mendapat teguran keras dan diminta untuk segera menuju ke ruang BK. Hatiku berdebar-debar. Namun, aku belum tahu apa kesalahanku hingga mendapat teguran keras dan diminta ke ruang BK. Setelah mendapat ceramah dan nasihat dari Bu Guru BK tersebut, aku baru sadar bahwa kesalahanku adalah mengumpat dengan kata-kata kasar. Aku tercenung. Hem... ternyata kebiasaan mengumpat dengan kata-kata kasar termasuk perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai etika dan kesantunan.
Aku bersyukur karena telah mendapat teguran dan nasihat dari Bu Guru BK yang bijaksana. Mulai saat ini, aku berjanji untuk berusaha menghilangkan kebiasaan buruk itu. Entah apa jadinya jika kebiasaan itu berlanjut hingga aku dewasa. Terima kasih, Bu Guru.
Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita harus berusaha untuk menjaga mulut kita dari kata-kata kotor. "Mulutmu adalah harimaumu," begitulah ungkapan yang sering kita dengar. Kata-kata bisa "membunuh" jati diri dan kepribadian kita,